MENTERI ISRAEL MULAI TAMPAKKAN SIKAP BANCINYA

Para pejabat Israel mulai dilanda ketakutan. Mereka khawatir kalau Israel akhirnya diseret ke pengadilan internasional dengan tuduhan melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza.

Irsael sangat mungkin diseret ke pengadilan internasional oleh organisasi-organisasi internasional pro-Palestina. Mereka dianggap bertanggung jawab atas tindakan terhadap warga sipil dan properti warga Palestina, termasuk di kamp-kamp pengungsian.

Menteri Pertahanan Israel misalnya berubah jadi pengecut. Dia bahkan tak berani berhadapan dengan mahasiswa di Tel Aviv.




Menhan Ehud Barak, Senin (19/1), harusnya mengunjungi sebuah Fakultas Hukum Universitas Tel Aviv. Tapi, dia kemudian membatalkannya setelah mahasiswa membuat grafiti di dinding kampus dan menyebut dirinya sebagai pembunuh.

Harian Yediot Ahronot melaporkan, insiden itu muncul setelah Israel melancarkan serangan brutal ke Jalur Gaza. Selama 22 hari, serangan itu membunuh sedikitnya 1.300 orang, sebagian di antaranya wanita dan anak-anak.

Grafiti itu sendiri digambar para mahasiswa di pintu masuk Fakultas Hukum. Tulisan tersebut mengecam Barak sebagai penjahat kemanusiaan.

Tel Aviv dikecam dunia internasional atas serangan brutal di Jalur Gaza itu. Di dalam negeri, serangan itu juga mendapat cibiran karena serdadu Israel gagal mewujudkan impian utamanya.

Seorang menteri senior Israel bahkan menyatakan kekhawatiran yang serius dalam beberapa hari ini soal kemungkinan Israel dipaksa menyetujui dilakukannya investigasi atas tewasnya warga sipil di Jalur Gaza. Para pejabat dan panglima perang Israel uga bisa dituntut secara personal sebagai penjahat perang seperti yang pernah terjadi pada intifada kedua.

"Kalau skala kerusakan di Gaza menjadi jelas, saya takkan bisa liburan lagi di Amsterdam, melainkan di mahkamah internasional di Den Haag," ujar seorang menteri Israel.

Seorang menteri lain menyatakan, situasinya beda dengan seusai Operation Defensive Shield di Tepi Barat, tujuh tahun lalu. Kali ini, suasana setelah serangan Israel berada di bawah kontrol total Palestina. Karena itu, wartawan-wartawan asing yang masuk ke Jalur Gaza setelah Operation Cast Lead takkan dikawal pejabat atau juru bicara Israel, seperti yang terjadi pada 2002 di Tepi Barat.

Artinya, jurnalis internasional akan memiliki kebebasan untuk melaporkan keadaan sesungguhnya, tanpa dikebiri pasukan Israel seperti yang terjadi tujuh tahun lalu itu.

sumber: dakta.com

0 komentar:

:nangis :rate :lebay :hoax :nyimak :hotnews :gotkp :wow :pertamax :lapar :santai :malu :ngintip :newyear

Posting Komentar

silahkan dikomentari dengan bijak