MERUBAH PARADIGMA TAKUT


Suatu ketika dalam sebuah obrolan tercetus kata 'takut' dari mulut saya. kata takut yang searti dengan kata takut dalam kalimat berikut: 'bawa payung takut hujan', 'takut ga bisa dateng'. Kata takut yang saya pikir tidak perlu dipermasalahkan karena toh kata 'takut' di sini bukan berarti menyekutukan Allah dengan takut pada selain Nya. Hanya saja, hal yang terkesan sepele ini tetap saja memaksa saya untuk berkontemplasi -walaupun tidak terlalu mendalam- tentang hakikat dari rasa takut itu. Dan ternyata ada benarnya juga ucapan dia karena ucapan adalah refleksi dari pikiran, maka ketika anda sering mengucapkan kata takut artinya pikiran dan perasaan anda telah dipenuhi rasa takut. Dan diantara sekian banyak rasa takut yang hinggap di hati dan pikiran anda, boleh jadi salah satunya adalah rasa takut yang menyaingi takut pada Allah.


Takut menurut KBBI berarti rasa gentar menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana. Maka dapat disimpulkan bahwa rasa takut diawali dengan kepercayaan bahwa objek yang ditakuti memiliki kekuatan lebih yang tidak dapat kita tandingi sehingga membuat kita berusaha menghindarinya. Perhatikan kata yang saya cetak tebal. Di situlah alasan yang membuat seseorang dengan rasa takut memiliki kecenderungan menyekutukan Allah.

Dan saya merasa seakan-akan Allah ingin mempertegas ucapan teman saya ketika saya menemukan ayat ini:
“Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kalian kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.(Ali ‘Imran 175).

Seperti kita ketahui bahwa Allah itu pencemburu.
“Sesungguhnya Allah merasa cemburu. Dan seorang mukmin pun merasa cemburu. Adapun kecemburuan Allah itu akan bangkit tatkala seorang mukmin melakukan sesuatu yang Allah haramkan atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

sudah jelas bukan koherensi dari ayat dan hadits diatas? Ya, Allah akan cemburu pada makhluk-Nya yang takut pada selain-Nya. Maka jelaslah bahwa takut pada selain Allah itu tidak boleh, walaupun hanya dengan ucapan. Ucapan takut itu semakna dengan kata berikut: "untung ada lo. kalo nggak gw udah mati". Kalimat itupun berarti menduakan Allah.

Setidaknya ada empat kategori takut yang berbeda, yakni :

1. Takut pada kejadian interpersonal. Misalnya takut dikritik, ditolak, berkonflik, dan diserang orang lain.
2. Takut karena permasalahan eksistensial. Misalnya takut pada kematian, luka badan, darah, pembedahan, dan penyakit.
3. Takut pada binatang. Misalnya takut pada binatang buas, pada berbagai jenis serangga, dan pada beragam jenis reptil, seperti ular.
4. Takut yang berhubungan dengan tempat. Misalnya takut pada keramaian, takut pada ketinggian, takut pada tempat tertutup, takut melakukan perjalanan sendirian, dan lainnya.

Dari keempat kategori takut tersebut saya memiliki kesimpulan bahwa jika kita memiliki keyakinan akan kuasa Allah dan kita yakin dengan apa yang kita pilih dan apa yang kita jalani maka rasa takut itu tidak akan (lebih tepatnya, tidak semestinya) muncul. Walaupun tetap saja ada pretensi rasa takut muncul dengan sendirinya, itu lebih dikarenakan keyakinan yang kurang akan kuasa Allah.


Maka dari itu marilah kita ganti kata takut dengan kata yang lain seperti. waspada bisa menjadi salah satu substitusi dari kata takut. Maka kalimatnya menjadi "bawalah payung, untuk waspada seandainya turun hujan". Lihat, kalinat ini lebih menunjukkan sikap cerdas bukan? Kita mempersiapkan sesuatu untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Bukan karena takut. So,



TAKUT HANYA PADA ALLAH :D

0 komentar:

:nangis :rate :lebay :hoax :nyimak :hotnews :gotkp :wow :pertamax :lapar :santai :malu :ngintip :newyear

Posting Komentar

silahkan dikomentari dengan bijak